Rabu, 17 September 2014

MEMORI PERKEMBANGAN GEREJA DI WATAKIKA, KLASIS ABAD

MEMORI PERKEMBANGAN GEREJA DI WATAKIKA, KLASIS ABAD


MEMORI PERKEMBANGAN GEREJA
DI
WATAKIKA






MEMORI PERKEMBANGAN GEREJA
DI WATAKIKA

I.                   DASAR
Dasar Gereja adalah Yesus Kristus, dan selaku Kepala Gereja.
“Dan Aku berkata kepadaMu, Engkau adalah Petrus dan diatas batu karang ini, Aku akan mendirikan jemaatKu, dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18)

II.                PERKEMBANGAN
1.      Berdasarkan kata Yesus ini pula, dan perkembangan Gereja purba, pada peristiwa PENTAKOSTA, maka tumbuh dan berkembangan Gereja Kristus di muka bumi ini, mulai dari Yerusalem sampai kebumi Alor.

-          Tahun 1905, Gereja masuk di Alor Kecil
-          Tahun 1916, Gereja masuk di Dulolong
-          Tahun 1922, Gereja masuk di Kikilai
-          Tahun 1924, Gereja masuk di Foang
-          Hingga tahun 1934, merupakan tahun rahmat Tuhan, dimana Gereja Kristus masuk di PUOKAL KABOI yang dibawakan
Oleh           : Ayub Abit (Guru Injil).
Asal           : Lawahing
Dalam perkembangan Gereja dan dalam pelayanan Pastoralnya, maka Gereja Perdana PUOKAL KABOI dengan komposisi Kemajelisannya sebagai berikut :
-          Ketua                     : Pdt. K. Niti
-          Penatua                  : Paulus Atapai
-          Semas                    :
1.      Mikael Malaka
2.      Luis Lapailaka
-          Koster                    : Yakob Lapailehi
Sesungguhnya dalam peribadatan Jemaat Perdana membutuhkan sebuah gedung khusus, tetapi waktu itu adalah Gereja Perdana, maka sarana atau tempat peribadatannya bukan Gedung Gereja, melainkan rumah suku “LALINGWATI”, kepunyaan temukung MALAIMANI.
2.      Dalam proses pelayanan Gereja Perdana tersebut, Gereja melayani jemaat dalam pelayanan Baptisan Perdana pada tahun 1934 di rumah suku LALINGWATI dengan jumlah jiwa baptisan 12 orang.
3.      Dalam liku-liku hidup menggereja, sebagai manusia tidak luput dari berbagai kelemahan insane, akibat jarak tempat peribadatan, maka pada tahun 1935, Gereja Perdana terpisah menjadi 3 Gereja, yaitu :
1.      Ke ULI HOMI ( Mol om )
Dibawakan oleh : Pnt. PAULUS ATAPAI
2.      Ke BOI MELANG (Maiwal)
Dibawakan oleh : ASER PAONI.
3.      Sementara di PUOKAL KABOI, walaupun tertati-tati, Gereja berjalan sebagaimana biasa dalam asuhan majelis tersisa.
4.      Untung tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak.
Memang jemaat perdana saat itu tidak kehilangan tongkat ke dua kalinya, namun kesalahpahaman personil, maka pada tahun 1937, Gereja terpecah lagi menjadi 5, yaitu sebgai berikut :
1.      Ke BANTALEL
Dibawakan oleh : LUIS LAPAILAKA
2.      Ke KANAI MAKALI
Dibawakan oleh : MIKAEL MALAKA
3.      Ke MAYE AFENG
Dibawakan oleh : MIKAEL MALAKA
4.      Ke KAWAKAI BEKA
Dibawakan oleh : MIKAEL MALAKA
5.      Sementara Gereja Perdana PUOKAL KABOI, tetap dibawah asuhan Majelis Jemaat tersisa.
5.      Akibat terpencarnya Gereja, maka pada tahun 1937 lokasi Gereja Perdana di PUOKAL KABOI berpindah ke VILA YERI.
Seiring dengan perpindahan Lokasi Gereja ini, maka terjadilah pergeseran dalam tubuh kemajelisan pula, yakni :
-          Pada tahun 1936, Guru Injil AYUB ABIT dipindahkan ke tempat asalanya (Lawahing), dan digantikan oleh : Guru Injil YONATAN MAU.
Sementara tempat peribadatan jemaat di VILA YERI berubah pula, dari rumah suku menjadi Teng darurat yang dibuat oleh Jemaat saat itu.
6.      Walaupun tempat peribadatan sudah tetap di VILA YERI, namun kehidupan jemaat yang selalu terpencar di sekitar pegunungan Loma Afeng, Marelfui, dan Boka Afeng, yang selalu membuat sendatnya pelayanan Pastoral, maka pada tahun 1939, atas kesepakatan warga jemaat, maka Gereja berpindah Lokasi untuk ketiga kalinya, yaitu dari VILA YERI ke LOMA AFENG.
Dan jemaat tetap dipimpin oleh : Guru Injil YONATAN MAU, dan pada tahun itu pula, beliau ditabiskan menjadi Pendeta di Kalabahi dan ditugaskan kembali di LOMA AFENG.
Dalam jabatan kependetaannyam beliau mengadakan Baptisan ke dua dalam Gereja ini, dengan jumlah jiwa Baptis ± 100 jiwa.
Dalam pelayanan Pastoral, karena dibutuhjan tenaganya, maka di adakan pergantian petugas pelayanan, yaitu pada tahun 1941 beliau di pindahkan ke jemaat OTANG HOMI, dan digantikan oleh Guru Injil GAMALIEL DONGMO, dengan anggota kemajelisannya :
-          Mikael Malaka
-          Lewai Maupeni
-          Likius Manikari
-          Bertelemeos Karmon
-          Manilehi, dan karena meninggal dunia, beliau dig anti oleh Yunus Kamaleng merangkap semas dan Koster.
7.      Dengan bergulirnya waktu, dan seiring dengan perkembangan masa, dimana Gereja pun terus berpacu maju, maka pada tahun 1942 Gereja yang berlokasi di LOMA AFENG berpindah ke Watakika ( HALILING BANG).
Dan pada waktu itu juga terjadilah pergeseran Guru Injil GAMALIEL GONGMO di ganti oleh Pdt. YONATAN MAU, dengan susunan kemajelisannya adalah sebagai berikut :
-          Mikael Malaka
-          Lukas Maudemang
-          Marthen Aloumoi
-          Soleman Karbeka
-          Paulus Kamaleng
-          Yunus Kamaleng (koster)

Dengan tempat peribadatan adalah Rumah Darurat.
8.      Pada tahun 1957, Gereja masih terus bersiarah mencari telaga bening dari HALILING BANG ke FIENI ANGFAR, dengan tempat peribadatan saat itu adalah Rumah Regel.
Dengan susunan kemajelisan adalah sebagai berikut :
-          Mikael Malaka (Penatua)
-          Paulus Kamaleng (Semas)
-          Lukas Maudemang (Semas)
-          Marthen Aloumoi (Semas)
-          Mateos Manipada (Semas)
Sangat disayangkan bahwa usia Gereja MURIA Kalokai Moting Cuma dua tahun lamanya karena ditimpah angin tofan lalu roboh tetapi iman jemaat MURIA saat itu, kokoh berdiri sepanjang masa, seperti bukit batu yang kokoh berdiri di ILENG, walau diterpa angin namun tidak goyah.
Dengan bermodalkan iman yang teguh, Jemaat MURIA waktu itu, walau keterbatasan dana dan harta akibat masa penceklik saat itu, tetapi jemaat bersepakat bersama untuk membangun sebuah tempat ibadah yang layak untuk nama Tuhan dipuji dan disembah.
Dengan komposisi kepanitiaan adalah sebagai berikut :
-          Ketua                                       : Lukas Lapailaka
-          Ketua I merangkap sekretaris   : Arnolus Bekari
-          Bendahara                                :
-          Ketua Pelaksana                                   :
1.      Markus Malailau (Lehiyeta)
2.      Mesak Kafelau (Vanhieta)
3.      Karel Karbui (Kaikwati)
4.      Yunus Manikafeli (Woiba)
Dengan tenaga-tenaga tekhnik adalah :
1.      Ketua Umum                     : Marthen Kamaleng
2.      Wakil Ketua I                    : Marthinus Kamaleng
3.      Wakil Ketua II                   : Moses Aloukoli

Upaya kegiatan perolehan Rumah Ibadat yang layak ini, diawali dengan pemahatan I oleh kepala tukang ( Marthen Kamaleng ) pada tanggal, 01 Maret 1973 hingga didirikan pada tanggal 18 Desember 1973 yang berlokasi di LILOPOLO. Dan atas kesepakatan warga jemaat untuk perubahan nama Gereja daru MURIA menjadi EXLESIA.
EXLESIA, sampai disini Tuhan masih memimpin kita.
EXLESIA, dari engkaulah aku dilahirkan.
EXLESIA, dari engkaulah imanku ditumbuh kembangkan.
EXLESIA, sampai kapanpun aku tetap milikMu
EXLESIA, sampai akhir hayatKu, aku tetap membelaMu dalam kebenaran iman.
Dengan didirikannya Gereja di LILOPOLO ini, membawa nuansa baru :
“EXLESIA KUENTER EXLESIA”. Yang artinya :
EXLESIA yang didirikan beratapan dengan daun rombin/alang-alang, dengan maksud jemaat yang waktu itu beribadah dibawah teng sederhana, dengan pertimbangan bahwa kalau diatap dengan seng, sulit didapat seperti saat ini. Namun upaya jemaat waktu itu tetap menggebu-gebu untuk EXLESIA bisa beratapkan yang layak. Maka daun fumbin harus ditanggalkan karena tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Karena itu diganti dengan seng pada tahun 1975.
Berhubungan dengan Gereja baru, tentu saja mempunyai kemajelisan yang baru pada saat itu adalah :
-          Paulus Kamore                  (Guru Injil)
-          Lukas Kamaleng                (Penatua)
-          Marthen Mautula               (Semas)
-          Lukas Lapailaka                (Semas)
-          Hendrik Manialou              (Koster)
-          Yohanes Kamaleng                        (Koster)
Dari kemajelisan yang ada ini, Guru Injil Petrus Kamore di pindahkan dan digantikan oleh Guru Injil Karel Kamaleng, hingga tahun 1976 dengan susunan kemajelisannya mengalami perubahan secara total, yakni :
-          Penatua Lukas Kamaleng diganti oleh       :
o   Simon P. Lapailaka
o   Yahya Kamaleng
-          Semas Lukas Lapailaka diganti oleh                      :
o   Matias Kamaleng
o   Arkalaus Atamau
Dalam masa kemajelisan inilah, pada tahun 1978 Rumah Gereja EXLESIA dirubah status dari semi permanen menjadi permanen.
Dengan bergulirnya masa ke masa, tentu saja dibidang Gerejapun turut bergulir sesuai dengan perkembangan. Maka itu berdasarkan tata GMIT di adakan peremajaan yang imbasnya sampai pada mata jemaat, maka untuk mata jemaat EXLESIA Watakika pada tahun 1986 mengalami perubahan :
-          Pelayan                  : Karel Kamaleng
-          Penatua                  : Simon P. Lapailaka
-          Penatua                  : Yahya Kamaleng diganti oleh Matias Kamaleng.
-          Penatua                  : Lukas Malaikalong
-          Semas                    : Marthen Mautuka
-          Semas                    : Arkalaus  Atamau
-          Semas                    : Isak Maupeni
-          Koster                    : Markus Malaitiba
-          Koster                    : Soleman Karbui
Seiring dengan perkembangan jemaat diberbagai tempat di belahan bumi ini, Jemaat  EXLESIA Watakika pun turut berkembang seturut perkembangan jaman dalam rasa persekutuan iman, dalam menjawab tantangan dunia ini.
Walaupun gabung kebaktian EXLESIA yang sudah selesai dibangun pada tahun 1978, disbanding dengan bertambah jumlah jemaat dari tahun ke tahun yang tidak memungkinkan untuk menampung jemaat lagi, maka oleh kesepakatan seluruh warga jemaat untuk membangun sebuah rumah ibadat yang dapat menampung jumlah jemaat dalam kegiatan peribadatan, maka dibentuklah suatu panitia kecil untuk merubah bentuk bangunan peribadatan ini, dengan komposisi kepanitiannnya adalah sebagai berikut :

-          Ketua                     : Adam Mautula
-          Sekretaris               :
-          Bendahara             :
Namun rencana ini terpaksa gagal.
Walaupun gagal, tetapi jumlah jiwa jemaat tak dapat dibendung lagi,  maka pada tahun 1993 dibentuk lagi badan Panitia Pembangunan Gedung Gereja yang baru untuk keduanya, dengan komposisi kepanitiaannya adalah :
-          Ketua                     : Ferdinan Fanapa
-          Sekretaris I             : Matias Kamaleng
-          Sekretaris II           : Bernabas Lekafola
-          Bendahara             : Bernadus Karbui
Namun itupun gagal total..
Memang disadari bahwa kegagalan demi kegagalan, tetapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, apalagi yang dikerjakan ini adalah makdisnya yang kudus. Maka oleh perlahannya dibentuklah panitia pembangunan gedung gereja untuk ke tiga kalinya yang bekerja hingga saat ini yang tidak pernah mengingat diri dan keluarganya,yang tidak pernah bekerja demi suku dan bangsanya, yang tidak pernah kerja hanya kepentingan seseorang, melainkan mereka sungguh bekerja demi kemuliaan nama Tuhan dan keselamatan jemaatnya, dimana mereka tidak mementingkan lapar dan dahaganya dan mereka itulah yang telah memimpin kegiatan ini bersama jemaat sejak awal tahap fondasi hingga tahap pengatapan yang mereka bekerja tanpa pamrih sejak tahun 1996 hingga kini, dan mereka itulah patut kita juluki sebagai pemgemban amanat Kristus, dan kalau dapat sebagai jemaat kita banggakan  mereka yang berjasa dalam bidang kepanitiaan ini adalah :
1.      Simson P. Lapailaka                      Ketua Panitia I
2.      Mesak G. Karbui                           Ketua Panitia II
3.      Ananias Malailau                           Sekretaris
4.      Bernadus Karbui                            Bendahara
Dengan ketua-ketua pelaksana adalah sebagai berikut :
1.      Pelaksana   I           : Mesak G. Karbui
2.      Pelaksana II           : Luther Lakamau
3.      Pelaksana III          : Yesaya Padalegi.
Sungguhpun panitia yang terbentuk ini tidak ada yang kekal, karena ada yang telah dipanggil Tuhan mendahului kita dan ada pula yang kebutuhannya maka harus merantau jauh dan ada yang berakhir masa periodenya maka harus diadakan peremajaan didalam badan kepanitiaan, seperti :
1.      Ananias Malailau   (almarhum) diganti oleh Ignatius Kamaleng sebagai sekretaris
2.      Luther Lakamau (merantau) diganti oleh Ibrahim Makali sebagai ketua pelaksana II
3.      Yesaya Padalegi (akhir masa jabatan) diganti oleh Darius Moukal sebagal ketua pelaksana III.
Adapun program kegiatan Gereja diatur secara bertahap, yaitu :
-          Tahap 1, tanggal, 5 April 1996
Pengumpulan pasir
-          Tahap 2, tanggal, 25 September 1996
Vondasi
-          Tahap 3, tanggal, 02 September 1997
Pengambilan Koseng
-          Tahap 4, tanggal, 09n September 1998
Mengevaluasi tahap 1, 2 dan 3
-          Tahap 5, tanggal, 27 Januari 1999

-          Tahap 6


-          Tahap 7


-          Tahap 8


-          Tahap 9

Dan tahap kesepuluh adalah pemasangan kap atas dan pengatapan.
Ditambahkan pula bahwa seiring dengan kegiatan fisik ini, lalu bukan menghentikan/mengsampingkan kegiatan pelayanan, melainkan kedua-duanya berjalan seiring, yaitu :
Pada tahun 1987, Guru Injil Karel Kamaleng dipindahkan ke Inta dan digantikan oleh Lukas Oilla, hingga tahun 1990 Lukas Oilla dipindahkan ke Moru, dan diganti oleh Pdt. Yeremias Klakik.
Pada tahun 1992, berdasarkan tata GMIT, maka suasana kemajelisannya turut berubah, yaitu :
-          Pnt. Matias Kamaleng, diganti oleh            Pnt. Mesak G. Karbuy
-          Pnt. Lukas Malaikalong, diganti oleh Pnt. Marthen Mautula
-          Pnt. Melki Aloukoli
-          Semas, Yohanes Lapaitukung
-          Semas, Semuel Karbuy
-          Semas, Arkalaus Atamau
Pada tahun 1996 Pnt. Mesak G. Karbuy diganti oleh :
-          Yohanes Lapaitukung (Penatua)
-          Imanuel Kamaleng (Penatua)
-          Marthen Mautula (Penatua)
Pnt. Melki Aloukoli diganti oleh : Pnt. Jandres Manialou
-          Delila Malailau (Semas)
-          Mariam padalau (semas)
-          Yusup Malaiwal (Semas)
Dalam tetap melancarkan pelayanan di Jemaat EXLESIA maka pada tahun 1997, Pdt. Yermias Klakik pindah dan diganti oleh Karel Kamaleng (PFA). Hingga satu tahun kemudian, maka berdasarkan Tata Dasar GMIT, pelayan Karel Kamaleng telah tiba saatnya dalam tugas, maka beliau dipindahkan, dan pada tahun 1998, diganti oleh Pdt. Amelia Atalani, hingga tahun 2000, susunan kemajelisannya mengalami pergeseran, yaitu :

-          Pnt, Yohanis Lapaitukung masih tetap aktif
-          Pnt. Imanuel Kamaleng diganti oleh : Pnt. Arkalaus Atakamau
-          Pnt. Marthen Mautula diganti oleh : Pnt. Isak Legipada
-          Pnt. Janres Manialou masih tetap aktif
-          Delila Malailau (semas)
-          Rosalina Kamaleng (semas)
-          Yusak Mautula (Semas)
-          Yusup Malaiwal (Semas)
-          Darius Kamaleng (Koster)
Melihat berbagai kelemahan dan kefakuman pelayanan yang sering terjadi, akibat kurangnya pelayan dan luasnya wilayah pelayanan, maka pada tahun 2001 diadakan penambahan dalam tubuh kemajelisan.
























1.      Panitia Pembentukan WIPA :
1.      Musa Mutpay
2.      Isak Legipada – Nikson Lapailaka
3.      Iranset Maurol
4.      Imanuel Kamaleng
5.      Yusup Malaitiba
6.      Yohanis Lapaitukung
2.      Terbentuknya Panitia :
Hari/tanggal, Senin, 11 Januari 2009 di Jemaat EXLESIA Watakika
3.      Hasil kerja panitia
1.      Tanggal, 15 Maret 2009
2.      Tanggal, 17 Maret 2009
3.      Tanggal, 07 Mei 2009
4.      Tanggal, 02 Juli 2009
5.      Tanggal,
4.      Komposisi Badan Harian:
1.      Pdt. Marthen H. Lapaikoli
2.      Yoel Songkai
3.      Yerobeam Padalegi
4.      Antonius Lapaimalai
5.      Melkiur Kamaleng – Halence Lapai
5.      Tanggal dan No SK : 25 April 2009 dan 012/SK/NS-GMIT/2009.
6.      Panitia Pencanangan Papan WIPA :
EXLESIA yang terus berkembang dari masa ke masa melintasi arus tantangan yang mengehebat dengan masa-masa pengembangan tersebut.





0 komentar:

Posting Komentar